Blogroll

Saat Soekarno kencingi Hatta

Tanggal 8 Agustus 1945, pemimpin tertinggi pasukan Jepang di Asia Tenggara, Jenderal Terauchi memanggil Soekarno dan Mohammad Hatta ke Vietnam. Terauchi sama sekali tidak menjelaskan apa maksudnya. Hal ini membuat Soekarno dan Hatta bertanya-tanya.

Berangkatlah mereka dengan diiringi 20 pejabat tinggi militer Jepang. Pesawat yang ditumpangi Soekarno penuh sesak. Tapi tak ada yang mau bicara soal alasan pemanggilan tersebut.

Ternyata pertemuan Soekarno-Hatta dengan Terauchi di Dalath ini sangat penting dalam sejarah Indonesia. Jepang mengaku tidak akan menghalang-halangi kemerdekaan Indonesia. Jepang sadar mereka sudah dikalahkan pasukan sekutu. Kondisi peperangan sama sekali berubah. Jepang sudah kalah habis-habisan dalam perang dunia II di Pasifik.

Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007.

Maka dengan membawa berita baik itu, pulanglah Soekarno dan Hatta ke Indonesia. Kali ini mereka tidak naik pesawat penumpang yang bagus seperti saat berangkat. Mereka naik pesawat pembom yang sudah rongsokan. Banyak lubang bekas tembakan di badan pesawat itu.

Pesawat itu juga tidak memiliki tempat duduk. Para penumpang duduk di lantai pesawat atau berbaring. Tidak ada juga pemanas, sehingga para penumpang menggigil kedinginan. Parahnya, tidak ada juga kamar kecil.

Nah, yang jadi masalah, saat itu Soekarno ingin kencing. Dia berbisik pada Suharto, dokter pribadinya.

"Aku ingin kencing. Apa yang harus kulakukan?" bisik Soekarno.

Suharto juga bingung, tidak ada kamar kecil. Maka dia menunjuk bagian ekor pesawat yang penuh lubang bekas tembakan. "Tidak ada tempatnya, jadi tidak ada jalan lain. Bung harus kencing di sana," kata Suharto.

"Baiklah. Aku melangkah pelan-pelan ke bagian belakang pesawat dan melampiaskan hajatku. Dan baru aku mulai, tiupan angin yang keras menghempas melalui lubang-lubang bekas peluru dan menyemburkan air itu ke seluruh ruangan pesawat. Kawan-kawanku yang malang itu mandi dengan air istimewa," beber Soekarno.

Saat mendarat di Jakarta, para pemimpin bangsa itu masih setengah basah dengan air kencing sang pemimpin besar revolusi. Tak dijelaskan bagaimana reaksi Hatta dan yang lainnya saat terkena air kencing Soekarno.

Soekarno Paksa Belanda Memikul Sepeda

Ada saja cerita lucu yang datang dari Soekarno, proklamator yang lahir pada 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Sebuah cerita lucu dituturkan istrinya Fatmawati. Fatmawati menjadi Ibu Negara Indonesia dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari Soekarno. Fatmawati juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.


Fatmawati mengakui kadang kali ada kelucuan daripada pembawaan Soekarno. Bila Bung Karno sudah melucu, dirinya jadi terpingkal-pingkal dibuatnya. Menurut Fatmawati, Bung Karno pernah bercerita kalau dirinya senang berkelakar. Senang mendengar dan bercerita yang lucu. Dan kelucuan Bung Karno bukanlah kelucuan seorang badut, tapi sikap eksentrik seorang pemikir.

Menurut Fatmawati, ketika Bung Karno dibuntuti polisi Belanda, polisi Belanda tersebut dipaksa untuk memikul sepedanya. Bung Karno tahu kalau dirinya selalu diikuti oleh serdadu Belanda. Sedikit saja Bung Karno melanggar hukum, Belanda dengan cepat mengirimnya ke dalam bui. Justru karena tahu polisi Belanda tidak boleh melepaskan pandangan mengikuti jejaknya, membuat dia sering mempermainkan polisi Belanda.

Waktu itu, Bung Karno sedang bersepeda, seorang polisi mengikutinya dari belakang. Bung Karno sengaja tidak mempercepat laju sepedanya. Dia menggenjot dengan santai saja. Polisi belanda itu pun santai pula mengikuti dari kejauhan. Tiba-tiba timbul pikiran membikin polisi itu repot. Di tepi persawahan, Bung Karno berhenti dan meninggalkan sepedanya di sana. Kemudian Bung Karno berjalan meniti pematang, menuju suatu perkampungan yang agak jauh letaknya, tempat seorang temannya tinggal. Bung Karno tahu, sepedanya tidak akan ada yang mengambil.

"Bung Karno tahu, polisi itu tidak berani membiarkan dirinya lepas dari pandangannya. Dia wajib menguntit Soekarno terus,” cerita Fatmawati dikutip dari buku Bung Karno Masa Muda’ Penerbit: Pustaka Yayasan Antar Kota, Jakarta, 1978.

Tapi kesulitannya sekarang adalah sepedanya tidak boleh ditinggalkan begitu saja seperti sepeda Bung Karno. Disiplin melarang polisi Belanda meninggalkan sepedanya di jalanan. Akhirnya terpaksa polisi itu memikul sepedanya meniti pematang sambil terseok-seok. Sesekali polisi itu kejeblos masuk lumpur sawah dengan bebannya yang cukup berat. Dia tidak berani membiarkan Bung Karno bebas berkeliaran di luar pengawasannya.

Sedangkan Bung Karno yang punya pikiran nakal itu enak saja meniti pematang panjang menuju perkampungan. Dia dengan jalan lenggang kangkung, sementara di belakang sang polisi dengan geram mengikutinya.

Itulah beberapa keping perbuatan Soekarno yang terkadang lucu, menurut Fatmawati sering membuat dia terpingkal-pingkal mendengarnya. 
sumber : http://www.artikelunik.com

7 Makanan Termahal di Dunia

 
 
1. Jamur seharga 27 Juta Rupiah
10 Makanan dan Minuman Termahal di Dunia
Satu kilo jamur ini dapat mencapai harga 60 juta rupiah. Jamur White Truffle ini adalah jamur paling mahal di dunia. Rasanya yang mantap dan ‘earthy’ merupakan ciri khusus yang tidak dapat ditandingi oleh jamur lain. Jamur ini digunakan dalam ukuran yang sangat kecil (hanya sedikit parutan saja) dalam setiap masakan. Dan masakan yang menghidangkan jamur ini tentunya bukan masakan biasa. Jamur ini hanya bisa ditemui di
Piedmont, Italia utara, dan hanya dipanen pada saat musim gugur. Panen-nya pun harus dibantu oleh anjing khusus yang mendapat latihan khusus juga!
2. Bumbu seharga 11 Juta Rupiah
10 Makanan dan Minuman Termahal di Dunia
Saffron tentunya bukan sekedar bumbu biasa. Dengan harga 11 Juta Rupiah per kilogram, tentunya Anda tidak akan berani membuang sia-sia bumbu dapur satu ini. Bumbu ini dibuat dari bagian bunga tumbuhan saffron crocus yang belum terbuka, dipanen dan dikeringkan secara khusus. 1 Kilogram saffron akan mengandung 200.000 pucuk bunga, dengan kata lain, bunga dari ladang tanaman saffron yang luasnya tiga kali lapangan sepakbola
3. Telur Ikan seharga 5 Juta Rupiah
10 Makanan dan Minuman Termahal di Dunia
Tentunya anda tahu, terutama bagi penggemar sushi, bagaimana rasa tobiko, tapi kita bukan membicarakan telur ikan ini, kita membicarakan mengenai caviar, yang tentunya, bukan juga caviar biasa, kita membicarakan mengenai Caviar Beluga, yang dikenal dengan nama Caviar Almas di Iran. Caviar ini didapat dari ikan Beluga Sturgeon, yang sudah mulai punah di Laut Kaspia dan Laut Hitam. Cara menikmatinya pun unik, dikatakan bahwa sendok terbaik untuk caviar ini adalah dengan sendok yang dilapisi mutiara.
4. Hamburger seharga 5 Juta Rupiah
10 Makanan dan Minuman Termahal di Dunia
FleurBurger, yang dibandrol dengan harga 5 Juta Rupiah per porsi ini dihidangkan di Fleur de Lys, Mandalay Bay Hotel and Casino, di Las Vegas. Daging burger ini dibuat seutuhnya dari daging sapi Kobe, dan dihidangkan bersama dengan foie gras dan saus truffle, dengan roti brioche truffle. Burger super mewah ini dihidangkan dengan sebotol Chateau Petrus 1990. Selain itu, anda akan mendapat sertifikat khusus yang dikirimkan ke rumah Anda sebagai bukti bahwa anda tidak menghabiskan uang 5 juta tadi di meja judi, tapi karena anda makan burger..
5. Pizza seharga 37 Juta Rupiah
10 Makanan dan Minuman Termahal di Dunia
Pizza Royale 007 memang bukan pizza sembarangan. Untuk pizza yang dibuat oleh ahli, dengan topping caviar yang direndam dalam sampanye, lobster mediterania, dan ditaburi bukan dengan daun basil, tapi daun emas! Kemudian pizza ini disiram dengan cognac Louis XII Rémy Martin seharga 20 Juta Rupiah, dan kemudian dipanggang sempurna dalam pizza oven asli Italia. Untuk hidangan se’mewah’ ini, anda harus merogoh kocek sebesar 37 juta rupiah, atau dengan kata lain, anda akan menjual 3 motor baru untuk mendapat pizza yang bisa habis dalam waktu 10 menit saja ini..
6. Kentang seharga 10 Juta Rupiah
10 Makanan dan Minuman Termahal di Dunia
Kentang murah? Gila aja! Kentang yang ini harganya 10 Juta Rupiah per kilo, jauuuuuuuuh diatas harga pasaran kentang yang bisa anda temui di pasar. Kentang La Bonnotte ini adalah varian kentang yang hampir punah dan hanya ditemukan di pulau Noirmoutier, Prancis. Kentang ini mendapat perlakuan istimewa dan hanya boleh dibuahi oleh rumput laut lokal. Tiap tahun hanya tersedi 100 ton kentang ini, dan hanya dapat ditemui di restoran Prancis terkemuka. Mau bikin French Fries?
7. Es Krim Coklat seharga 25 Juta Rupiah
10 Makanan dan Minuman Termahal di Dunia
Restoran Serendipity 3 di New York benar-benar ambisius untuk membuat makanan penutup ini. Intinya adalah coklat dari 14 negara yang berbeda, diberi emas 23 karat seberat 5 gram, whipped cream yang ditaburi potongan daun emas yang aman dimakan, dan disajikan dengan La Madeleine au Truffle. Penyajiannya juga bukan gelas sembarangan, gelas yang digunakan berlapis emas dan terdapat gelang emas yang ditaburi intan 1 karat menyertai penyajian es krim yang bikin kantung kempes ini.

7 Film Animasi Terbaik

Film animasi adalah salah satu bagian paling menarik dalam dunia perfilman. Hanya di dalam film animasilah seorang produser bisa mengemukakan skenario yang tak mungkin di peragakan oleh manusia. 
Berikut adalah 7 film terbaik:
7. ‘Coraline’ (2009)

6. ‘Bambi’ (1942)


5. ‘Toy Story 2’ (1999)
http://www.debianindonesia.org/blog/wp-content/uploads/2009/03/toy-story-ii-cast-4900352.jpg

4. ‘Beauty and the Beast’ (1991)


3. ‘Persepolis’ (2007)



2. ‘The Lion King’ (1994)
http://top-10-list.org/wp-content/uploads/2009/05/the-lion-king.jpg

1. ‘Up’ (2009)


 

Mode Auto atau PASM, mana yang sebaiknya digunakan?

Banyak orang yang menggunakan mode Auto, karena mudah. Banyak juga fotografer yang ngotot (entah ke diri sendiri atau ke orang lain) bahwa fotografer harus menggunakan mode M (Manual). Nah, mode apa yang sebaiknya kita gunakan?
Kamera DSLR mempunyai banyak pilihan/settingan: white balance, ISO, aperture, shutter speed, AF point, metering, dsb. Untungnya, kamera bisa mengatur semua pilihan tersebut untuk kita, dengan menggunakan mode Auto. Kita tinggal menekan shutter saja.
Kamera juga menyediakan mode-mode lain di mana kita bisa mengambil kendali atas pilihan-pilihan tersebut. Biasanya tersedia empat mode lagi, yang biasa disingkat PASM: Program, Aperture priority, Shutter speed priority, dan Manual. Keempat mode tersebut bertahap mulai dari yang paling otomatis hingga yang paling manual. (Tentu saja, hal ini mungkin berbeda tergantung merk kamera. Di Canon, misalnya, A dan S tertulis sebagai Av dan Tv.)
Program mode: kita bisa menentukan white balance (walaupun ada pilihan Auto WB juga), ISO, exposure compensation, AF point, dan metering. Kamera akan menentukan aperture dan shutter speed yang diperlukan (termasuk setelah penyesuaian dengan exposure compensation yang kita tetapkan).
Aperture priority: mirip seperti Program, tapi kita juga menentukan aperture yang akan digunakan, sedangkan kamera tinggal menentukan shutter speednya.
Speed priority: semacam kebalikan dari Aperture priority, di mana kita menentukan shutter speed dan kamera yang menentukan aperturenya.
Di ketiga mode di atas, kita juga bisa memilih untuk membiarkan kamera memilih ISO secara otomatis (auto ISO).
Manual: mirip seperti di atas, namun kita harus menentukan sendiri segitiga exposurenya: shutter speed, aperture, dan ISO.
Jadi, mana yang seharusnya kita gunakan?

Mode apapun yang digunakan, tidak mengubah hasil kok!
Karena fokus saya lebih ke keindahan foto daripada ke keahlian kita menggunakan kamera, maka jawaban saya: mode yang seharusnya kita gunakan ya mode yang memudahkan kita untuk mengambil foto yang sesuai dengan keinginan.
Kita ambil contoh, mode Auto, yang notabene sering dihina dan dicerca. “Ngapain mahal-mahal beli DSLR kalo cuma pake mode Auto? Mending pakai kamera pocket aja!” Pernah dengar ungkapan seperti itu?
Jawaban saya: kalau memang pilihan yang ditentukan kamera secara otomatis masih sesuai dengan keinginan kita, kenapa tidak? Perbedaan kamera pocket dan DSLR bukan masalah kontrol manualnya saja (toh ada kamera pocket yang bisa dikontrol manual juga), tapi masalah ukuran sensor (yang secara langsung/tidak langsung mempengaruhi banyak hal) dan kemampuan mengganti lensa.
Saya malah justru lebih suka kalau seorang pemula lebih fokus meng-explore selera artistiknya: memilih objek foto yang bagus, memilih angle yang bagus, komposisi yang bagus, sehingga fotonya pun enak dilihat. Terlepas dari mode yang ia gunakan.
Ketika kita sudah mulai ‘gatal’ dengan pilihan-pilihan kamera pada mode Auto (atau ketika kita ingin belajar/berlatih), barulah kita beralih menggunakan mode P. Mungkin kita gatal dengan AWB yang tidak pas dengan selera kita. Mungkin kita sebal karena multiple-AF point yang digunakan membuat kamera sering terfokus pada hal yang tidak kita inginkan, jadi ingin menggunakan single AF point. Mungkin juga exposure yang ditentukan kamera sering meleset, sehingga kita ingin menerapkan exposure compensation: menggelapkan atau menerangkan exposure yang ditentukan otomatis oleh kamera.
Di mode P, yang ditentukan otomatis oleh kamera hanyalah aperture dan shutter speed saja (dan ISO dan White Balance, jika memang kita tentukan demikian). Jika Anda puas dengan settingan otomatis kamera, ya mengapa tidak memotret menggunakan mode P?
Mode A dan S memberikan kita kendali lebih banyak satu langkah lagi: kita bisa menentukan salah satu dari shutter speed atau aperture, dan membiarkan kamera menentukan yang satunya lagi. Bagi saya pribadi, mode A atau S ini cukup untuk mayoritas kasus pemotretan. Di mode A dan S ini sebenarnya kita sudah mempunyai kendali penuh atas semua settingan di kamera. Kita bisa menentukan dua sisi dari segitiga exposure, kamera akan menentukan satu sisi, dan jika masih kurang tepat kita bisa menetapkan exposure compensation.
Lalu kapan kita harus menggunakan mode M?
Salah satunya adalah ketika kita menginginkan exposure compensation dengan rentang yang lebih jauh daripada yang dimungkinkan oleh kamera. Tergantung merk kamera, exposure compensation biasanya terbatas, ada yang hingga 2EV, 3EV, 5EV, dsb. Jika kita menginginkan modifikasi yang lebih besar dari yang dimungkinkan kamera, berarti perlu menggunakan mode M. (Sebenarnya bisa juga menggunakan spot metering dan/atau fitur AE Lock, namun hal ini tidak selalu bisa digunakan.)
Selain itu, jika kita menggunakan flash/lighting (yang tentunya akan mengubah exposure yang diperlukan), tapi flash tersebut tidak bisa berkoordinasi dengan kamera sehingga kamera tidak bisa menyesuaikan perhitungan autoexposurenya. Jika tidak menggunakan mode manual, maka hasilnya jadi overexposure.
Bagaimana jika tujuannya untuk belajar/berlatih? Apakah perlu menggunakan mode M?
Menurut saya pribadi sih tidak :)
Pertama-tama, menurut saya lebih baik dipisahkan antara sesi latihan dan sesi ‘hunting’. Anggaplah pada sesi latihan Anda mengutak-atik settingan kamera satu per satu (dengan mode M) dan melihat hasilnya langsung. Hal ini bisa dilakukan di rumah, bahkan di ruang makan juga bisa. Ingin melihat efek aperture ke DOF? Motret gelas atau bungkus rokok pun jadi. Berbeda tentunya jika Anda sedang ‘hunting’ dan ingin menciptakan foto bagus. Anda keluar, sengaja dengan tujuan mencari objek yang bagus untuk difoto. Pada kasus ini, saya menyarankan Anda untuk menggunakan setting yang memberikan kombinasi yang pas (bagi Anda pribadi) antara kemudahan dan kendali. Sayang kalau Anda sudah susah-susah mencari obyek yang bagus, namun terhambat karena Anda masih gagap mengubah segitiga exposure, ketiga-tiganya! Tidak perlu dipaksakan dengan mode M.
Kedua, menurut saya sesi berlatih pun tidak perlu menggunakan mode M. Jika Anda ingin melihat efek perubahan aperture pada hasil foto, ya Anda cuma perlu susah payah mengganti aperturenya saja. Biarkan kamera mengubah shutter speed (dan bahkan ISO) untuk mencapai exposure yang tepat. Jika Anda ingin melihat efek perubahan shutter speed, ya gunakan mode S. Biarkan kamera menentukan sisanya.
Selain itu, konsep segitiga exposure adalah konsep yang lumayan mudah dipahami, kok. Seperti A + B + C = X, di mana X ditentukan kondisi lighting pada lokasi (ditambah penyesuaian sesuai dengan pilihan kreatif kita). Jika A naik, maka nilai B dan/atau C harus turun dalam jumlah yang sesuai. Jika B naik, maka A dan/atau C harus turun. Dan kombinasi-kombinasi lain yang tidak perlu dihafal, cukup intuitif saja :)
Dan, paling mendasar, tujuan kita toh menciptakan foto yang indah, bukan untuk menjadi orang yang paling jago menyetting kameranya ;)
Bagaimana menurut Anda?

sumber : http://blajarmotret.wordpress.com

Tentang Exposure Compensation (EV +/-)

Hubungan antara exposure compensation (biasa disebut dengan EV, walaupun mungkin kurang tepat) dan exposure adalah sebuah hubungan yang cukup sulit dipahami. Yang pernah ber-eksperimen dengan kameranya, tentu tahu bahwa mengubah ex.comp akan mengubah exposure juga. Namun sebenarnya faktor yang mempengaruhi exposure hanyalah segitiga exposure saja: shutter speed, aperture, dan ISO. (Penjelasan lebih detail tentang segitiga exposure bisa dibaca di artikel yang ini.
Jadi bagaimana sebenarnya hubungannya?
Exposure compensation adalah sebuah fitur untuk mengubah hasil dari auto exposure. Pada dasarnya, kamera kita bisa me’lihat’ obyek dan menentukan exposure index yang dibutuhkan. Apa itu exposure index? Exposure index suatu obyek adalah exposure yang diperlukan untuk memotret obyek tersebut dengan pencahayaan tersebut. Kalau mau main rumus, bisa dianggap bahwa

Shutter speed + aperture + ISO = exposure index
Exposure indexnya sendiri tidak mempunyai angka atau satuan. Bahkan ketiga sisi segitiga exposure pun tidak mempunyai satuan yang baku dan ekivalen. Karena itu, jangan melihat persamaan di atas sebagai persamaan angka.
Bingung? Sama, saya juga!
Coba kita teliti satu contoh.

Saya memotret foto di atas menggunakan mode Aperture Priority. Saya ingin aperturenya fix di f/1.8. Karena itu, jangan bingung jika melihat aperturenya tidak berubah di pembahasan berikutnya ;)
Auto exposure kamera mengukur exposure index dan menghasilkan kombinasi aperture f/1.8, shutter speed 1/50 dan ISO 100. Hitungan secara rumusnya menjadi:
1/50s + f/1.8 + ISO100 = 0
Jangan lupa bahwa rumus tersebut berlaku hanya pada objek foto di atas dengan keadaan/pencahayaan yang persis seperti waktu itu dan mode metering yang sama. Jadi jangan dihafalkan (karena memang fotografi bukan hafalan) apalagi dicoba diterapkan di waktu Anda memotret. Rumus tersebut hanya berguna untuk memahami konsep Exposure Compensation :)
Nah, ternyata jika menggunakan auto exposure maka hasil fotonya akan lebih gelap dari yang saya inginkan. Saya ingin fotonya lebih terang lagi. Karena itu, saya naikkan exposure compensationnya sebesar 1 EV. (EV sebenarnya adalah satuan brightness/exposure, bukan nama dari fitur exposure compensation ini). Sehingga “rumus”nya menjadi:
shutter speed + f/1.8 (ingat, saya menggunakan aperture priority) + ISO = 1
Karena itu, setelah saya terapkan exposure compensationnya, maka kamera akan mengubah shutter speed dan ISO sebesar total 1 stop. Hal ini bisa dicapai dengan memperlambat shutter speed 0.5 stop dan menaikkan ISO 0.5 stop juga, atau tidak mengubah shutter speed tapi menaikkan ISO 1 stop (ini yang akhirnya saya gunakan).
1/50 + f/1.8 + ISO 100 = 0 (sebelum exposure compensation)
1/50 + f/1.8 + ISO 200 = 1 (setelah +1 EV exposure compensation)
Jika ingin hasil foto lebih gelap, misalnya, kita bisa menerapkan negative exposure compensation, sehingga menjadi seperti ini:
1/100 + f/1.8 + ISO 100 = -1 (setelah -1 EV exposure compensation)
Jadi, memang benar bahwa mengubah exposure compensation akan mengubah exposure. Tapi, exposure compensation bukanlah bagian dari faktor penentu exposure. Exposure compensation hanya mengubah hasil perhitungan autoexposure saja. Jika dinaikkan, maka kamera akan menentukan segitiga exposure sehingga hasilnya akan lebih terang daripada sebelum dinaikkan.

Rangkuman

Exposure compensation bisa mempengaruhi exposure, tapi tidak secara langsung. Exposure compensation digunakan untuk mengubah hasil perhitungan autoexposure.
Jika kita menerapkan exposure compensation positif, maka hasil perhitungan autoexposure kamera akan lebih terang daripada sebelumnya.
Jika kita menerapkan exposure compensation negatif, maka hasil perhitungan autoexposure akan lebih gelap daripada sebelumnya.

sumber : http://blajarmotret.wordpress.com/

Segitiga Exposure


ISO, Aperture, Shutter Speed: Segitiga Exposure


Kamera adalah suatu alat yang digunakan untuk ‘menangkap’ cahaya lewat sensor. Informasi dari cahaya yang ditangkap di sensor itu lalu diterjemahkan menjadi gambar. Jika jumlah cahaya yang tertangkap di sensor itu kurang, maka gambar akan menjadi terlalu gelap (underexposed/UE). Sebaliknya, jika cahaya yang tertangkap di sensor berlebihan, maka gambar akan menjadi terlalu terang (overexposed/OE).
Over

Kurang Cahaya
Pas

Ada tiga hal yang bisa disetting di kamera untuk mengatur exposure: shutter speed, aperture, dan ISO. Apa peran dari masing-masing settingan tersebut?
Jika diibaratkan sensor adalah sebuah ember, dan cahaya adalah air yang akan diisikan ke ember tersebut, maka exposure yang ‘tepat’ adalah saat ember terisi air pas hingga bibir ember. Jika tinggi air tidak mencapai bibir ember, maka gambar akan underexposed, dan jika air luber maka gambar overexposed.

KONSEP

1. Shutter speed

Shutter speed adalah kecepatan atau lamanya shutter membuka sehingga cahaya mengenai sensor. Jadi, shutter speed bisa diibaratkan lamanya kita membuka keran untuk mengisi air. Semakin lama keran dibuka, maka akan semakin banyak air yang mengisi ember.
Shutter speed diukur dalam satuan waktu, dan kamera DSLR rata-rata dapat menggunakan shutter speed dari 1/4000 detik hingga 30 detik. Karena shutter speed yang digunakan kebanyakan kurang dari satu detik (pecahan), maka biasanya yang tertulis di viewfinder kamera adalah pecahannya saja (shutter speed 1/100 detik akan tertulis 100) di viewfinder. Satuan ‘detik’ biasanya tertulis sebagai tanda kutip (“), jadi shutter speed 2 detik akan tertulis sebagai 2″. Terkadang satuan detik digunakan juga dalam pecahan, misalnya 0.6″.
Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap. Faktor pengali satu stop adalah 2x, misalnya shutter speed 1/100 akan 1 EV lebih terang daripada shutter speed 1/200 jika scene dan settingan yang lain tetap sama.
(EV adalah satuan brightness, di mana selisih 1EV berarti selisih brightness yang disebabkan jumlah cahaya yang masuk berbeda 2x lipat. 1 EV sering disebut juga 1 stop, istilah warisan dari jaman kamera film dulu.)

2. Aperture

Aperture adalah bilah-bilah (biasanya terbuat dari logam) yang terdapat di dalam lensa. Bilah-bilah ini dapat bergerak, saling berpotongan dan menutupi sekeliling penampang lensa, sehingga hanya bagian tengah lensa yang dapat dilewati cahaya. Dengan demikian, aperture bisa diibaratkan penampang pipa yang menyalurkan air. Walaupun sama-sama hanya dibuka selama satu detik, misalnya, pipa yang besar akan mengalirkan air lebih banyak daripada pipa yang sempit.
Satuan aperture adalah diameter bukaan bilah-bilah. Dinyatakan dalam pecahan, biasa tertulis sebagai f/X atau 1/X, di mana X adalah angka aperturenya. Yang tertulis di viewfinder kamera seringkali hanya angka X nya saja.
Faktor pengali satu stop adalah √2 (akar dua), atau gampangnya 1.4x; artinya bukaan f/3.5 akan 1EV lebih terang daripada bukaan f/5.6. Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap.

3. ISO

ISO adalah sensitifitas sensor. Makin tinggi ISO, maka makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk mencapai brightness tertentu. Menaikkan ISO bisa diibaratkan memasukkan bebatuan ke dalam ember sehingga jumlah air yang dibutuhkan semakin sedikit.
Satuan ISO adalah angka ISO. Faktor pengali satu stop adalah 2x, di mana ISO 800 akan 1EV lebih terang daripada ISO 400.

EFEK PADA FOTO

Selain mengatur brightness gambar, masing-masing sisi segitiga exposure ini mempengaruhi hasil akhir foto.
Shutter speed yang lama akan memungkinkan objek atau kamera bergerak selama cahaya mengenai sensor, sehingga foto menjadi blur, sebagian atau sepenuhnya.
Aperture yang besar (angka aperture yang kecil) akan menghasilkan depth-of-field (ruang tajam) yang sempit, sehingga benda-benda yang berjarak tidak terlalu jauh dari jarak fokus pun akan mulai blur. Hal ini bisa jadi hal positif jika ingin membuat bokeh, namun bisa jadi hal negatif jika kita ingin mempunyai ruang tajam yang luas.
ISO yang tinggi berarti sensornya makin sensitif, dan efeknya menimbulkan noise pada gambar.

MENGATUR EXPOSURE

Kamera mempunyai kemampuan ‘melihat’ scene dan menghitung exposure yang tepat untuk scene tersebut, bahkan menghitung kombinasi aperture, shutter speed, ISO untuk scene tersebut. Dalam kamera ada mode exposure manual (Manual) dan otomatis (Automatic, Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silakan periksa manual kamera masing-masing untuk mempelajari mode-mode ini lebih lanjut, atau baca artikel ini.
Kita dapat mempengaruhi perhitungan kamera tersebut dengan menerapkan Exposure Compensation; kita bisa memerintahkan kamera untuk menghitung (dan menggunakan) exposure yang lebih terang atau lebih gelap dari exposure yang dianggapnya tepat. Jika kita menggunakan -2/3EV, misalnya, maka kamera akan menghasilkan hasil penghitungan exposure yang lebih gelap -2/3EV dari exposure yang (jika tanpa compensation) dianggapnya tepat. Lebih jauh tentang exposure compensation bisa dibaca di artikel ini.

sumber:http://blajarmotret.wordpress.com

Shorcut Blender 3D


ShortCut Pada Blender 3D

Hey,sekarang saya ingin sharing tentang tombol shortcut yang bisa memudahkan dalam modelling atau membuat karakter 3D dalam blender

bisa di download disini

Facebook Twitter RSS